Senin, 16 Agustus 2010

DEPOK: Usul Klausul
bagian (1)

oleh SLAMET SAMSOERIZAL *)
JIKA mau melengkapi catatan angka: 280 dan 222 bagi Intan Mardiana, Direktur Museum di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Depok mesti memiliki Museum Khusus. Soal nama, bisa dimusyawarahkan. Semua warga Depok yang peduli, mulai dari birokrat hingga tokoh masyarakat, silakan saja diajak rembug.
Menurut catatan Intan, Indonesia kini memiliki 279 museum. Rinciannya: 58 museum umum, 221 museum khusus. Apa sih bedanya? Museum umum dikelola oleh instansi pemerintah dalam jajaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Sedangkan museum khusus, dikelola oleh Pemda atau milik swasta.
Apa pula perlunya mendirikan museum? Museum adalah tempat atau wahana yang dapat memberikan gambaran dan pendidikan tentang perkembangan alam dan budaya manusia kepada masyarakat luas. Jika itu menyangkut Depok, ya tentu di museum tersebut khusus menyimpan sejumlah koleksi kepurbakalaan yang berkaitan dengan Depok.
Adakah benda-benda purbakala warisan Depok? Napak tilas ke masa silam, temuan benda-benda zaman Megalithicum berupa Kapak Persegi dan Pahat Batu, Menhir Gagang Golok, dan Punden berundak Sumur Bandung, dan peninggalan zaman Neolit, seperti: Paji Batu dan sejenis Beliung Batu merupakan bukti sejarah, bahwa Depok adalah kota tua.
Depok pada abad ke-14, dijadikan front tentara Jayakarta saat berperang melawan Padjajaran. Ini tampak dari temuan situs di sepanjang Sungai Ciliwung terdapat beberapa kerajaan kecil di bawah kekuasaan kerajaan ini, diantaranya Kerajaan Muara Beres. Depok berjarak sekitar 13 km sebelah utara Muara Beres.
Petilasan itu, dibuktikan antara lain oleh Dr. NJ. Krom yang menemukan cincin emas kuno peninggalan zaman Padjajaran di Nagela.
Juga Abraham Van Riebeck yang menemukan benteng kuno peninggalan kerajaan Padjajaran di Karadenan.
Di kawasan Kramat Beji - antara Perumnas Depok I dan Depok Utara- terdapat tujuh sumur dan sebuah bangunan kecil. Mengapa disebut sumur tujuh? Menurut Engkong Nakin bin Riun (90), sang juru kunci, disebut sumur tujuh karena sumurnya berjumlah tujuh buah. Lima sumur berada di dalam areal Masjid Nurul Salam Depok Utara, sedangkan 2 sumur lagi berada di Jalan Leli dan Jalan Kutilang Depok I.
Meski disebut dengan sumur tujuh, namun bentuknya tidak berupa sumur melainkan kolam-kolam yang letaknya di bawah rimbunan pohon. Di beberapa sudut kolam terdapat kamar mandi tempat pesiarah mandi dengan menggunakan air dari sumur tersebut. Engkong Nakin menjelaskan, keberadaan sumur tujuh ini erat kaitannya dengan Mbah Raden Wujud Beji, penguasa wilayah Beji dan Kramat Beji.
Di sana juga terdapat sebuah kamar yang hanya diterangi lampu remang-remang. Di situ terdapat berbagai macam senjata, keris, golok, peninggalan zaman kerajaan Padjajaran. Ruangan tersebut memang pengap karena selain tidak ada ventilasi udara juga dipenuhi oleh asap dupa dan kemenyan. Sumur tujuh sebetulnya merupakan salah satu situs sejarah yang dimiliki Kota Depok.
Dari beberapa referensi disebutkan bahwa sejak kerajaan Pajajaran dikalahkan oleh kerajaan Islam di Sunda Kelapa, hubungan Sunda Kelapa dengan daerah luar menjadi terputus. Namun, kemenangan atas Sunda Kelapa tidak serta merta mampu membawa pengaruh Islam masuk ke pusat kerajaan Pakuan. Meski demikian, saluran penyebaran Islam masih mampu bergerak dengan jalan damai dan sedikit demi sedikit diterima oleh penduduk pinggiran kerajaan Sunda Padjajaran yang tertarik dengan sifat egaliter yang dibawa oleh Islam.
Kerajaan Sunda Padjajaran sebagai benteng terakhir kerajaan Hindu-Budha di pulau Jawa akhirnya dapat ditaklukkan dengan tentara Islam Cirebon di bawah pimpinan Maulana Hasanudin dan anaknya Maulana Yusuf pada tahun 1559. Hubungan Banten dan Cirebon kala itu melalui jalur darat yang pada masa kerajaan Sunda Padjajaran terhambat di wilayah Bogor dan sekitarnya telah berhasil diruntuhkan dengan runtuhnya kerajaan tersebut.
Wilayah Depok yang berada di sisi sungai Ciliwung merupakan wilayah yang sering dilalui utusan dari Banten dan Cirebon. Bukti sejarah peninggalan tentara Islam di Depok salah satunya adalah petilasan Mbah Raden Wujud Beji. Pada dinding di dalam bangunan makam tersebut tergantung beberapa untaian kata yang berisi nasihat yang pernah diucapkan Mbah Raden Wujud Beji. Sumur tujuh sendiri sebenarnya merupakan kolam mata air atau biasa disebut kolam keramat. Namun keberadaan sumur tujuh dan makam Mbah Raden Wujud Beji memang harus dilestarikan oleh pemerintah Kota Depok karena selain sebagai situs sejarah juga bisa dijadikan salah satu objek museum bersejarah.
Anda berminat menindaklanjuti usul ini? Siapkan nama, lokasi, dan manajemen yang profesional agar keberadaan Museum Depok dapat dijadikan sebagai aset pesona wisata sejarah kota Depok. ***

Lindung Tujuh, 1 Agustus 2010
*) Penulis, pendiri Pusat Kaji Darindo

LombablogDepok 17 Juli - 17 september 2010

Tidak ada komentar: