Kamis, 19 Agustus 2010

Slamet Samsoerizal

Permohonan
                        
Ya Allah
putusan-Mu
selalu terbaik
maka,
izinkan doa-doa kami
agar jalan lempang selalu kutemu
Amin

Senin, 16 Agustus 2010

DEPOK: Welcome to Belimbing City
oleh SLAMET SAMSOERIZAL *)

SEJAUH mata memandang yang tampak adalah deretan pohon Belimbing. Pohon itu berjajar dengan sadar. Di sepanjang jalan raya, pepohonan itu meliuk sampai ke perkampungan. Dedaunanmu yang menghijau tak terbilang jumlahnya, mempercepat rimbunmu. Gelayutan buahmu mrendot. Pada setiap pucuk ranting buah Belimbing-belimbing itu menampak.
Memasuki salah satu daerahmu, aku dibuat pesona. Di tengah kepungan perumahan bermerk elit, disergap pagar-pagar beton yang angkuh, pohon Belimbing tetap tumbuh di pelataran warga. Tiap kepala keluarga, tiap RT, tiap RW ... pohon itu tumbuh dengan rindang. Alangkah anggun. Ah, mata ini, jadi sejuk dibuatnya!
Tak tahu, kapan buah Belimbing-belimbing engkau panen. Tiap aku bersilaturahmi ke daerahmu, selalu saja kudapati deretan pedagang di emperan jalanan membuka gerai Belimbing. Selalu pula engkau petik puluhan Belimbing untuk oleh-olehku. Ketika kutanya, Belimbing apa ini?
Engkau selalu menjawab dengan senyum penuh bangga.
”Belimbing Dewa. Belimbing khas Depok. Tak ada duanya dimana pun. Lihat, besar-besar, kan?” terangmu. Aku segera mengiyakan dalam hati, karena ketika berusia belasan, dekat SD kami bersekolah, ada pohon belimbing yang lebat buahnya. Tiap pagi, kami berebut buah itu. Namun, bukan memetiknya. Kami tahu diri, hanya Belimbing yang jatuh di tanah yang berhak kami ambil. Yang ingin aku katakan, meski Belimbing itu telah menguning-tanda sudah masak, tetapi buahnya tidak sebesar Belimbing Dewa.
“Hm, apa sih hebatnya ... sampai kau bilang khas?” selidikku.
“(1) Belimbing Dewa terbilang jenis Belimbing yang langka di- temukan. (2) Belimbing Dewa mengandung vitamin A dan C. (3) Belimbing Dewa memiliki kandungan serat yang baik. (4) Belimbing Dewa bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol.”
“Hmm ...”
“Dirujak, belimbing bisa bikin mata melek- uh, segaaar!”
“Wow! Terus-terus ...”
“Kami sudah mengemas Belimbing Dewa dalam minuman dan makanan. O ya, kami telah memromosikan. Nah asal paham saja, pada tahun ini (2010) sejumlah daerah di Kota Depok akan dibangun sentra produk Belimbing, untuk dipasarkan kepada masyarakat luas.
Segala macam pemanfaatan buah Belimbing, baik itu jus belimbing, sirup belimbing, dodol dan keripik serta belimbing segar diusahakan akan mudah diperoleh oleh para pendatang dari luar yang ingin datang dan membawa oleh-oleh khas Depok. Kami berharap di Margonda, Juanda dan beberapa daerah lainnya ada pasar Trading Centre Belimbing” jelasmu tambah bersemangat.
Tiba-tiba aku berharap. Jalan menuju Depok, dipasang penunjuk arah: Welcome to Belimbing City . Kutemukan tulisan tersebut ketika para pengendara keluar dari pintu tol ke arahmu, para penumpang kereta api yang baru turun di stasiun, orang-orang yang lalu lalang di terminal bus dan angkot, pangkalan-pangkalan ojek, pasar tradisional, pasar swalayan, dan terutama jalan-jalan sepanjang jalur pelanggan macet.
Di gerbang antarwilayah perbatasan, Welcome to Belimbing City mendongakkan tiap kepala para pelintas. Mereka paham, ia akan-sedang-dan telah berada di area kota Depok. ***
Lindung Tujuh, 13 Agustus 2010
*) Penulis, Pendiri Pusat Kaji Darindo

LombablogDepok 17 Juli - 17 september 2010
DEPOK: Usul Klausul
bagian (2)


oleh SLAMET SAMSOERIZAL *)

DEPOK macet? Cermati sejumlah fakta berikut!
1.Depok baru memiliki jalan sepanjang 600, 87 km.
2.Idealnya, Depok memiliki jalan sepanjang 4.008, 8 km.
3.Belum semua badan jalan berlebar 4 m.
4.Sampai dengan Juli 2010, tercatat baru 5 ruas jalan yang sudah dibangun,
dilebarkan, dan tersambung dengan akses jalan lain, yaitu: Jalan Margonda, Jalan
Juanda, Jalan Arief Rachman Hakim, Jalan Dewi Sartika, dan Jalan Kartini.
5.Kerusakan jalan sudah dipetakan sejak 2004, namun dikerjakan secara bertahap
sesuai anggaran.
6.Laju kerusakan jalan terjadi, karena salah satunya adalah terjadinya curah hujan
yang tinggi.
7.Dari 88 lokasi perbaikan jalan, pada tahap pertama ini (Juli 2010) baru
diselesaikan 32.
8.Pengguna jalan raya belum memiliki budaya tertib berlalu lintas seperti: taat
antre, taat rambu, taat waktu berkendara, dan taat berkendara di jalan raya.
9.Petugas lalu lintas belum tampak maksimal saat jam-jam macet dan berada di ruas
jalur-jalur macet.
Saya selalu mengalami dua hal saat macet: jenuh dan stres. Maka, ketika saya
membayangkan Depok si Kota Belimbing merindangkan kotanya dengan jajaran pohon
Belimbing dan buahnya yang menguning diterpa mentari usai fajar dan kala surya
tenggelam, rasanya jenuh dapat berkurang.
Ketika stres pergi pulang menghadapi macet, tiba-tiba saya ingin mengusulkan
agar warga Depok membangun jalan tersendiri. Ya, setidaknya setiap warga dapat
membangun jalan melewati gorong-gorong bawah tanah di atas drainase. Jalan
tersebut secara tertata akan menembus ke luar jalur-jalur macet dari kota Depok.
Setiap warga juga mesti tahu diri, kapan ia akan ke luar rumah dan kembali ke
rumah. ***

Lindung Tujuh, 10 Agustus 2010

*) Penulis, pendiri Pusat Kaji Darindo

LombablogDepok 17 Juli - 17 september 2010
DEPOK: Usul Klausul
bagian (1)

oleh SLAMET SAMSOERIZAL *)
JIKA mau melengkapi catatan angka: 280 dan 222 bagi Intan Mardiana, Direktur Museum di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Depok mesti memiliki Museum Khusus. Soal nama, bisa dimusyawarahkan. Semua warga Depok yang peduli, mulai dari birokrat hingga tokoh masyarakat, silakan saja diajak rembug.
Menurut catatan Intan, Indonesia kini memiliki 279 museum. Rinciannya: 58 museum umum, 221 museum khusus. Apa sih bedanya? Museum umum dikelola oleh instansi pemerintah dalam jajaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Sedangkan museum khusus, dikelola oleh Pemda atau milik swasta.
Apa pula perlunya mendirikan museum? Museum adalah tempat atau wahana yang dapat memberikan gambaran dan pendidikan tentang perkembangan alam dan budaya manusia kepada masyarakat luas. Jika itu menyangkut Depok, ya tentu di museum tersebut khusus menyimpan sejumlah koleksi kepurbakalaan yang berkaitan dengan Depok.
Adakah benda-benda purbakala warisan Depok? Napak tilas ke masa silam, temuan benda-benda zaman Megalithicum berupa Kapak Persegi dan Pahat Batu, Menhir Gagang Golok, dan Punden berundak Sumur Bandung, dan peninggalan zaman Neolit, seperti: Paji Batu dan sejenis Beliung Batu merupakan bukti sejarah, bahwa Depok adalah kota tua.
Depok pada abad ke-14, dijadikan front tentara Jayakarta saat berperang melawan Padjajaran. Ini tampak dari temuan situs di sepanjang Sungai Ciliwung terdapat beberapa kerajaan kecil di bawah kekuasaan kerajaan ini, diantaranya Kerajaan Muara Beres. Depok berjarak sekitar 13 km sebelah utara Muara Beres.
Petilasan itu, dibuktikan antara lain oleh Dr. NJ. Krom yang menemukan cincin emas kuno peninggalan zaman Padjajaran di Nagela.
Juga Abraham Van Riebeck yang menemukan benteng kuno peninggalan kerajaan Padjajaran di Karadenan.
Di kawasan Kramat Beji - antara Perumnas Depok I dan Depok Utara- terdapat tujuh sumur dan sebuah bangunan kecil. Mengapa disebut sumur tujuh? Menurut Engkong Nakin bin Riun (90), sang juru kunci, disebut sumur tujuh karena sumurnya berjumlah tujuh buah. Lima sumur berada di dalam areal Masjid Nurul Salam Depok Utara, sedangkan 2 sumur lagi berada di Jalan Leli dan Jalan Kutilang Depok I.
Meski disebut dengan sumur tujuh, namun bentuknya tidak berupa sumur melainkan kolam-kolam yang letaknya di bawah rimbunan pohon. Di beberapa sudut kolam terdapat kamar mandi tempat pesiarah mandi dengan menggunakan air dari sumur tersebut. Engkong Nakin menjelaskan, keberadaan sumur tujuh ini erat kaitannya dengan Mbah Raden Wujud Beji, penguasa wilayah Beji dan Kramat Beji.
Di sana juga terdapat sebuah kamar yang hanya diterangi lampu remang-remang. Di situ terdapat berbagai macam senjata, keris, golok, peninggalan zaman kerajaan Padjajaran. Ruangan tersebut memang pengap karena selain tidak ada ventilasi udara juga dipenuhi oleh asap dupa dan kemenyan. Sumur tujuh sebetulnya merupakan salah satu situs sejarah yang dimiliki Kota Depok.
Dari beberapa referensi disebutkan bahwa sejak kerajaan Pajajaran dikalahkan oleh kerajaan Islam di Sunda Kelapa, hubungan Sunda Kelapa dengan daerah luar menjadi terputus. Namun, kemenangan atas Sunda Kelapa tidak serta merta mampu membawa pengaruh Islam masuk ke pusat kerajaan Pakuan. Meski demikian, saluran penyebaran Islam masih mampu bergerak dengan jalan damai dan sedikit demi sedikit diterima oleh penduduk pinggiran kerajaan Sunda Padjajaran yang tertarik dengan sifat egaliter yang dibawa oleh Islam.
Kerajaan Sunda Padjajaran sebagai benteng terakhir kerajaan Hindu-Budha di pulau Jawa akhirnya dapat ditaklukkan dengan tentara Islam Cirebon di bawah pimpinan Maulana Hasanudin dan anaknya Maulana Yusuf pada tahun 1559. Hubungan Banten dan Cirebon kala itu melalui jalur darat yang pada masa kerajaan Sunda Padjajaran terhambat di wilayah Bogor dan sekitarnya telah berhasil diruntuhkan dengan runtuhnya kerajaan tersebut.
Wilayah Depok yang berada di sisi sungai Ciliwung merupakan wilayah yang sering dilalui utusan dari Banten dan Cirebon. Bukti sejarah peninggalan tentara Islam di Depok salah satunya adalah petilasan Mbah Raden Wujud Beji. Pada dinding di dalam bangunan makam tersebut tergantung beberapa untaian kata yang berisi nasihat yang pernah diucapkan Mbah Raden Wujud Beji. Sumur tujuh sendiri sebenarnya merupakan kolam mata air atau biasa disebut kolam keramat. Namun keberadaan sumur tujuh dan makam Mbah Raden Wujud Beji memang harus dilestarikan oleh pemerintah Kota Depok karena selain sebagai situs sejarah juga bisa dijadikan salah satu objek museum bersejarah.
Anda berminat menindaklanjuti usul ini? Siapkan nama, lokasi, dan manajemen yang profesional agar keberadaan Museum Depok dapat dijadikan sebagai aset pesona wisata sejarah kota Depok. ***

Lindung Tujuh, 1 Agustus 2010
*) Penulis, pendiri Pusat Kaji Darindo

LombablogDepok 17 Juli - 17 september 2010
DEPOK :
DALAM CATATAN MEI – JUNI 2010


oleh SLAMET SAMSOERIZAL*)



(Saya memberikan tugas membaca dua berita tentang Depok kepada teman-teman di kantor. Asdin, desk Bahasa saya tugaskan untuk mencermati isi berita (1). Sedangkan Amka, staf Humas, saya minta untuk memberikan komentar dari berita (2)). Keterampilan mencermati dan mengomentari selalu diberikan, agar para pegawai selalu bisa berpikir, bernalar dengan baik dan mudah-mudahan ”benar.”)
Berikut hasilnya.

Berita (1)
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK— Sebanyak 14 preman berhasil diamankan aparat Kepolisian Resort (Polres) Depok. Mereka berhasil ditangkap dalam operasi Brantas Jaya yang digelar sejak Kamis (20/5) hingga Minggu (30/5).
Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Depok, Kompol Ade Rahmat, salah satu preman yang ditangkap bernama Apong. Ia merupakan sekaligus pemimpin geng copet yang kerap beraksi di Kereta Api Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta.
“Apong ditangkap di Stasiun Depok Baru saat sedang mencopet di kereta. Saat ditangkap dari tangannya didapat delapan unit telepon seluler berbagai merek dan jenis,” kata Ade, Senin (31/5).
Dijelaskan Ade, dalam aksinya, Apong tak bekerja sendiri. Ia bersama komplotannya kerap menyamar menjadi penumpang KRL. Didalam KRL, komplotan Apong pun menyebar dan mencari mangsa.
“Hasil curiannya, diserahkan ke penadah yang tak hanya berada di Depok, tapi juga di Jakarta dan Bogor,” jelasnya.
Dalam operasi ini polisi juga berhasil menangkap enam orang anggota komplotan pencuri sepeda motor. Mereka ditahan dengan barang bukti 15 sepeda motor, belasan plat nomor palsu area Jakarta dan Bogor, belasan kunci leter T dan kunci duplikat.

Catatan Asdin
(1) Kalau kita membaca secara cermat, ternyata preman yang diamankan aparat Kepolisian Resort (Polres) Depok tidak sampai 14 orang.
(2) Mau bukti? Salah satu yang ditangkap bernama Apong. Dalam operasi ini polisi juga berhasil menangkap enam orang anggota komplotan pencuri sepeda motor.
(3) “Apong ditangkap di Stasiun Depok Baru saat sedang mencopet di kereta. Saat ditangkap dari tangannya didapat delapan unit telepon seluler berbagai merek dan jenis,” kata Ade, Senin (31/5).
Ah, dasar pencopet sempet-sempetnya memegang delapan unit telepon seluler berbagai merek dan jenis saat ditangkap.
(4) Dalam operasi ini polisi juga berhasil menangkap enam orang anggota komplotan pencuri sepeda motor. Mereka ditahan dengan barang bukti 15 sepeda motor, belasan plat nomor palsu area Jakarta dan Bogor, belasan kunci leter T dan kunci duplikat.
Yuk kita hitung, jika satu anggota komplotan saat ditangkap Polisi, mengendarai satu speda motor- maka Polisi hanya mendapat 6 speda motor sebagai barang bukti. Terus, 9 speda motor yang lain dijinjing apa ditenteng ya?


Berita (2)
REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK--Seekor kuda jantan warna coklat-hitam terlepas dari ikatan dokar hias di Jalan Margonda, Depok, Jumat (18/6) sekitar pukul 10.00 WIB. Kuda tersebut terlepas saat dokar yang sedang terparkir di halte dekat pertigaan (lampu merah) Jalan Margonda-Jalan Tole Iskandar.
Semula kuda jantan itu hanya berjalan pelan ke belakang taksi yang juga sedang terparkir di sana. Tampaknya ia ingin memakan rumput yang tumbuh di sekitar trotoar jalan. Menyadari kudanya terlepas, sang sais mencoba mendekatinya secara perlahan dan mengendap-endap.

Alih-alih meraih tali kemudi kuda, sang sais justru membuat kaget kuda yang lantas lari ke arah kantor Pemerintah Daerah Kota Depok. Kontan masyarakat terbengong-bengong melihat kuda yang berlarian di jalan raya. Para pengendara lalu lintas, baik motor dan mobil, seakan dikomando kompak menepi dan membiarkan kuda berlari di sisi kanan jalan raya.
Tepat di putaran depan kantor BNI Margonda, kuda jantan itu tampak kaget melihat di depannya ada kendaraan sedang berputar arah. Bukannya berhenti, kuda lantas masuk ke jalur sebaliknya dan melawan arus kendaraan dari arah Terminal Depok menuju Tole Islkandar.

Dihampiri Republika, sang sais tampak gugup dan pucat seraya terburu-buru memasang kembali kuda ke dokarnya. Tak lama, mereka pun tancap gas ke arah Terminal Depok enggan menjelaskan ihwal kejadian tersebut. ''Tadi lepas tak sengaja,'' ujar sang sais singkat. Pria setengah baya berkulit coklat gelap itu pun mengekang tali kuda dan membawa pergi dokarnya.
Komentar Amka

Lebay amat tuh kuda! Tapi kalau kuda itu terlepas saat jam-jam macet lalu lintas, pasti para pengendara jadi lebay. Ada yang iseng dan ikut-ikutan membunyikan klakson. Ada yang sok kaget: ”Wauw, kenapa bisa gitu ya?” Ada yang cuma melongokkan kepala, berkaca terus menutup kembali kaca jendela mobilnya. Ada yang sok imut melongo nggak tahu, apa yang dilihatnya. Boam, bodo amat!


Lindung Tujuh, Juni 2010


*) Penulis, pendiri Pusat Kaji Darindo

LombablogDepok 17 Juli - 17 september 2010